Artikel

MENDIDIKLAH DENGAN - HATI

Mendidik dengan hati akan membuahkan anak-anak yang hidup dalam kebenaran. Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik.”
MENDIDIK adalah sebuah proses. Proses untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi yang terbaik dalam diri anak didik. Berbicara tentang hati, ada beberapa hal yang penting kita perhatikan, yaitu hati sebagai
1) metafor yang menggambarkan aspek batiniah manusia yang terdalam
2) pusat kehidupan manusia, meliputi bukan saja perasaan melainkan juga pertimbangan dan kehendak
3) daya yang mendorong orang melakukan sesuatu yang terbaik dan
4) sumber untuk memaknai realita dalam kehidupan.
Mendidik dengan hati nurani tujuannya hanya satu, yakni terjadinya kesinambungan antara otak dan hati. Kesinambungan otak dan hati ini adalah manifestasi spiritualitas, yang utuh menjadi kunci mendidik dengan hati nurani.
Spiritualitas berkaitan dengan:
1) soal pemaknaan hidup,
2) apa yang membuat kita memberi makna begini dan bukan begitu terhadap apa pun juga,
3) pengalaman batin yang sangat subjektif dan dieksternalisasikan ketika kita merespons orang dan peristiwa.
Spiritualitas merupakan kualitas yang menyentuh seluruh kehidupan dan sumber dalam kehidupan (Bagaimana orang bertindak/bernalar, sangat didorong oleh warna spiritualitasnya). Spiritualitas adalah urusan bagaimana kita mengalami kehidupan. Spritualitas mensyaratkan keterbukaan akan pengalaman kehadiran Tuhan dan komitmen untuk mempraktikkannya dalam keseharian hidup.
Spiritualitas bersumber dari iman dan takwa (imtak) kepada Tuhan. Hal ini harus mewujud dalam spiritualitas yang mewarnai bahkan menjadi sumber dari seluruh gerak kehidupan kita.
Janganlah kita menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budi sehingga kita dapat membedakan manakah yang baik dan yang berkenaan kepada Tuhan dan yang sempurna. Jadi semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebaikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu, terlebih lakukanlah itu. Membangkitkan nilai-nilai spiritualitas merupakan salah satu agenda pendidikan hati, tepatnya mendidik dengan hati nurani.
Pembelajaran hati
Bagaimana kegiatan dan hasil pembelajaran di sekolah akan jauh berbeda antara pendidikan kognitif dan pendidikan hati. Ini tidak berarti bahwa pendidikan formal tidak bisa menjadi pendidikan hati. Sebab hati manusia dibawa ke mana pun ia pergi dan beraktivitas. Bukan rahasia lagi, bahwa siswa yang membenci guru matematika akan membenci matematika itu sendiri. Siswa yang membenci guru kimia akan membenci pelajaran kimia.
Kekuatan pancaran dan dampak hati dari siswa kepada guru ikut menentukan, bahkan sampai seumur hidup. Jika demikian, alangkah pentingnya makna pembelajaran dari guru, bukan melulu memancarkan ilmu dan fakta (transfer ilmu semata) melainkan hati sanubari insani yang merupakan kekayaan batinnya. Bukan rahasia lagi bahwa bahasa hati/bahasa kalbu melebihi bahasa tubuh. Bukan kepandaian guru semata dalam mengajar melainkan harus ada unsur “welas asih”.
Berikanlah suatu keyakinan kepada para siswa, bahwa mereka mampu berprestasi, mereka bisa berkreasi, mereka dapat melakukan yang terbaik. Berikan kepada mereka suatu kebebasan berekspresi dan berkiprah dalam berbagai bidang yang mereka kuasai. Yakinlah bahwa dengan memberikan kasih sayang kepada mereka sebagaimana kita menyayanyi anak kita sendiri dan dengan pembimbingan yang tulus serta curahan perhatian dari kita selaku pendidik, mereka akan mampu berbuat sesuatu secara positif dan bermanfaat.
Benarlah apa yang dikatakan Howard Gardner, pakar Multiple Intellegence, yang berpendapat bahwa semua siswa itu pandai. Bila guru tidak dapat menemukannya dalam diri siswa, berarti guru tidak bisa menggali potensi siswa.
Mendidik dengan hati nurani, kenapa ngak?
Selamat mendidik dengan hati nurani kepada bapak dan ibu guru sekalian! Pendidikan hati memang berbeda dan bedanya sangat menentukan corak masa depan siswa.***

Filed under: Artikel Pendidikan, Dunia Matematika, Education, Matematika, Pendidikan